Jumat, 25 Mei 2012

KAKTUS


Kaktus Sebagai Tumbuhan Gurun
Apakah kalian punya tanaman kaktus dirumah?
Ya, tanaman kaktus ini merupakan salah satu tanaman yang unik diantara tanaman-tanaman yang lainnya. Kaktus mempunyai duri dan dia sangat unik karena duri itu berperan sebagai daun.
Kata ‘kaktus’ berasal dari bahasa Yunani “kaktos” yang berarti tanaman berduri. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga family Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering seperti gurun. Kaktus memiliki akar yang panjang untuk mencari air dan memperlebar penyerapan air dalam tanah. Air yang diserap kaktus disimpan dalam ruang di batangnya. Kaktus juga memiliki memiliki daun  yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.
Hanya seperempat dari keseluruhan total spesies kaktus yang hidup di daerah gurun. Sisanya hidup pada daerah semi-gurun, padang rumput kering, atau padang rumput.  Umumnya, tumbuhan ini hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis.. Kaktus termasuk ke dalam golongan tanaman sukulen  karena mampu menyimpan persediaan air di batangnya.  Batang tanaman ini mampu menampung volume air yang besar dan memiliki bentuk yang bervariasi.  Untuk dapat bertahan di daerah gurun yang gersang, kaktus memiliki metabolisme tertentu. Tumbuhan ini membuka stomatanya di malam hari ketika cuaca lebih dingin dibandingkan siang hari yang terik.  Pada malam hari, kaktus juga mengambil CO2 dari lingkungan dan menyimpannya di vakuola untuk digunakan ketika fotosintesis  berlangsung (terutama pada siang hari). Banyak spesies dari kaktus yang memiliki duri yang panjang serta tajam. Duri tersebut merupakan modifikasi dari daun dan dimanfaatkan sebagai proteksi terhadap herbivora. Bunga kaktus yang berfungsi dalam reproduksi  tumbuh dari bagian ketiak atau areola dan melekat pada tumbuhan serta tidak memiliki tangkai bunga. Berbagai jenis kaktus telah lama dimanfaatkan manusia sebagai sumber pangan, salah satunya adalah Opuntia. Spesies ini banyak dikultivasi untuk diambil buah dan batang mudanya. Buah Opuntia banyak diolah menjadi selai yang disebut queso de tuna.Sementara itu, batang muda Opuntia yang dikenal sebagai nopalitos akan dikuliti dan digoreng, dikukus, atau diolah menjadi acar dalam cuka asam-manis. Sekarang ini, Opuntia juga masih dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kosmetik, dan obat-obatan. Dulunya, spesies kaktus Carnegiea gigantean dimanfaatkan sebagai bahan dasar tepung untuk pembuatan roti. Namun tepung ini sudah tidak lagi dimanfaatkan karena masyarakat lebih menyukai tepung dari jagung. Bagian akar dari Echinocactus platycanthus juga diolah dalam cairan gula untuk dijadikan permen.Bagian akar berkayu ataupun pembuluh vaskular yang mengandung lignin dari kaktus juga dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan bakar.
Selain kaktus jenis Opuntia, jenis kaktus pir berduri juga dipetik, dan dipanen karena menjadi populer dalam dunia pengobatan alternatif. Bahkan setiap komponen dari tumbuhan dapat dimanfaatkan meningkatkan vitalitas tubuh.
Suku-suku India dan Meksiko telah menggunakan kaktus sebagai berbagai bahan makanan, mulai sup, selai, hingga keju. Pasalnya tuntutan iklim membuat pengolahan makanan menyesuaikan semua kebutuhan. Bahkan tak jarang kaktus digunakan seperti lidah buaya, menyembuhkan iritasi atau luka minor pada kulit. Efek anti-peradangan kaktus sangat cepat melawan gigitan serangga, gatal-gatal kemerahan bahkan reaksi alergi.


Siapa yang tidak kenal dengan agar-agar? Makanan yang enak dan dengan struktur yang kenyal dapat membuat kita menyukainya. Agar-agar atau agarosa adalah zat yang biasanya berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga. Di Jepang dikenal dengan nama kanten dan oleh orang Sunda disebut lengkong. Jenis rumput laut yang biasa diolah untuk keperluan ini adalah Eucheuma spinosum (Rhodophycophyta). Beberapa jenis rumput laut dari golongan Gracilaria dan Gelidium (Phaeophycophyta) juga dapat dipakai sebagai sumber agar-agar.
Mungkin sekilas kita tidak pernah memperhatikan dan tidak berpikiran tentang apa sih sebenarnya agar-agar itu. Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding sel rumput laut. Dia tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan diperjualbelikan. Agar-agar juga merupakan koloid padat-cair bukan suatu larutan ataupun suspensi.  Dengan bentuk yang padat dan kenyal ini kita mungkin masih bingung mengapa agar-agar disebut sebagai koloid padahal koloid ini merupakan campuran-campuran zat yang berbeda. berikut ini penjelasan mengapa agar-agar disebut sebagai koloid.
Agar-agar Sebagai Koloid
Agar-agar yang sering kita dengar namanya dan yang sering kita makan merupakan suatu koloid. Mengapa disebut koloid? Agar-agar disebut koloid karena dalam proses pembuatannya terbentuk struktur gel yang tercipta karena ketika dipanaskan di dalam air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas kemudian saat didinginkan, molekul-molekul agar-agar merapat satu sama lain, memadat, dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air. Sehingga terbentuklah sistem koloid padat dan  cair. Pada sistem koloid ini yang menjadi fase terdispersi adalah air dan yang menjadi fase pendispersi adalah molekul agar-agar. Agar-agar merupakan koloid yang mempunyai sifat koloid liofil. Koloid liofil adalah koloid yang mengadsorbsi atau menyerap cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid.
Kisi-kisi yang terbentuk tadi difungsikan dalam elektroforesis gel agarosa yaitu peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik untuk mencegah pergerakan molekul obyek karena perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar ini lumayan kuat untuk menopang tumbuhan kecil sehingga sering kali digunakan sebagai media kultur jaringan. Gejala yang dimiliki oleh agar-agar dan beberapa gel lainnya yang berkenaan dengan suhu transisi fase padat-cair disebut histeresis. Pada suhu 85ºC, agar-agar mulai mencair dan mulai memadat pada suhu 32-40ºC, sehingga agar-agar berbeda dengan air yang dapat memadat dan mencair pada titik suhu yang sama.